Allah swt. berfirman, “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.” (Al-Muzammil [73] : 1-4)
Itulah firman Allah swt. yang ditujukan kepada rasul-Nya yang mulia; Muhammad saw. Beliau melaksanakan perintah Allah tersebut dan bergegas melaksanakan shalat malam dengan memanjangkan bacaannya (dalam shalat). Dalam shalatnya, beliau menangis cukup lama dan melakukannya dengan khusyuk.
Allah juga berfirman kepada beliau, “Dan pada sebahagian malam hari, maka bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isrâ’ [17] : 79)
Karena engkau senantiasa shalat malam semasa hidup di dunia, maka engkau akan berdiri di tempat yang terpuji pada hari kiamat. Dan Ramadhan adalah bulan untuk puasa dan melaksanakan shalat di keheningan malam. Maka, malam yang terindah, juga waktu yang paling berharga adalah ketika orang-orang yang berpuasa melakukan tahajud di kegelapan malam.
Malam hari bagi orang-orang yang berpuasa terasa pendek karena begitu nikmatnya. Sedangkan bagi orang-orang yang lalai terasa panjang karena terasa menyiksa.
Allah juga menyebutkan ciri2 hamba-hamba- Nya yang soleh dengan firman-Nya, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (Adz-Dzâriyât [51] : 17)
Malam hari mereka termasuk malam-malam yang begitu indah. Allah juga menyebutkan perihal mereka di waktu sahurnya, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzâriyât [51] : 18)
“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Âli Imrân [3] : 17)
Ya, waktu sahur mereka adalah waktu yang paling indah. Kaum Muhajirin dan Anshar ketika berada di keheningan malam, mereka menjadi orang-orang yang cengeng; yang mudah menangis. Tapi, jika waktu pagi tiba, mereka menjadi sosok pemberani dan kesatria.
Kala malam tiba, rumah-rumah kaum Muhajirin dan Anshar berubah menjadi madrasah Al-Qur`an, pusat pembinaan, dan pondok yang menanamkan keimanan. Tidak seperti yang ada pada masa sekarang, di mana kebanyakan rumah yang ada pada saat ini berubah menjadi ruangan-ruangan untuk bernyanyi, bersenda-gurau, dan melakukan kekonyolan dan kesia-siaan.
Ketika kita meninggalkan shalat tahajud, hati kan mengeras, air mata mengering, dan keimanan yang tertanam dalam qalbu akan semakin melemah.
Dalam hadits yang shahih, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keyakinan dan hanya mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Di antara sebab yang dapat memotivasi kita untuk mengerjakan shalat tahajud adalah memikirkan hari berdirinya manusia yang mendebarkan; hari ketika semua manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam, ketika segala yang berada di dalam kubur dibangkitkan, dan apa yang ada di dada ditampakkan oleh Allah swt..
Di antara perkara yang dapat mendorong kita melakukan shalat tahajud adalah memikirkan gelapnya alam kubur, seorang diri di dalamnya, juga penderitaan yang ada di dalamnya. Sebab, shalat malam mampu menjadi cahaya penerang di tengah kegelapan alam kubur.
Di antara perkara yang dapat mendorong seseorang agar bisa melaksanakan shalat tahajud adalah dengan memikirkan pahala dari Allah, dan terhapusnya segala dosa dan kesalahan.
Kaum salafusshalih melakukan shalat tahajud dengan beragam cara. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktu malamnya dalam keadaan ruku’, ada pula yang menghabiskannya dalam keadaan sujud, dan ada pula yang terus membaca ayat sambil menangis, terus berzikir dengan khusyu’, atau melantunkan syukur seraya mengambil pelajaran. Lantas kenapa rumah-rumah kita kosong dari shalat tahajud? Kenapa ia sepi dari lantunan bacaan Al-Qur`an? Sungguh, tempat yang kita huni akan mengeluh karena jarangnya dipakai untuk shalat tahajud.
Apabila waktu malam telah tiba, hati orang-orang yang lalai akan terlelap, ruh orang-orang yang terpesona akan mati, sementara saat itulah hati orang-orang yang beriman hidup, dan mata orang yang takut kepada Allah tengah terjaga.
Bagaimana bisa tidur bagi mereka yang senantiasa memikirkan pembaringannya di alam kubur, hari dikumpulkannya manusia setelah dibangkitkan, dan hari-hari kehancuran (dunia). Tak pernah terbayangkan dalam benak kami, akan adanya generasi-generasi Islam yang mengisi waktu malamnya hanya dengan gurauan, bermain catur, bermain musik, serta kehilangan rasa malu. Semoga Allah swt. menurunkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Disebutkan dalam hadits shahih, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada Abdullah bin Umar, “Wahai Abdullah, janganlah keadaanmu seperti si fulan, di mana ia bangun malam namun tidak melakukan shalat malam.”
sumber: Blog Monggo Mampir
0 comments:
Catat Ulasan